Sabtu, 06 Februari 2016

PROPOSAL; Upaya Peningkatan Kemampuan siswa dalam Pemecahan Masalah melalui Model Pembelajaran Guided Discovery Learning pada Materi Program Linear



Berhubung prosal dalam bentuk word dibawah ini mempunyai banyak kekurangan dalam pengaploadtan maka saya menyedikan link proposal dalam bentuk pdf bagi pembaca...silahkan di klik link dibawah ini untuk membuka proposal berbentuk pdf.


Dan untuk proposal dalam bentuk word tersedia dibawah ini... selamat membaca dan menikmati


UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA DALAM
PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL 
PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY 
LEARNING PADA MATERI 
PROGRAM LINEAR

Diajukan Oleh:

INDAH PURNAMA REZEKI













 




PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY






BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
     Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kehudupan manusia, karena pendidikan bertujuan untuk memanusiakan manusia dengan cara mendidik manusia untuk terampil dan berbudi luhur. Oleh karena itu perubahan dalam pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa. Mustahil suatu bangsa akan maju kalau tidak diiringi dengan kemajuan dibidang pendidikannya. Dalam pendidikan banyak komponen yang tercakup salah satunya yaitu pendidikan matematika.
     Pendidikan metematika merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting peranannya dalam upaya membina dan membentuk manusia berkualitas tinggi. Sebagaimana yang diungkapkan Hudoyo bahwa “dalam perkembangan modern, matematika memegang peranan penting karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan akan tampak sempurna”.[1] Mengingat peran matematika yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, maka upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika memerlukan perhatian yang sangat serius.
     Matematika yang diajarkan pada jenjang pendidikan di Indonesia, mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi, merupakan salah satu yang mendasari perkembangan matematika teknologi modern. Oleh sebab itu matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa agar memliki kemampuan berpikir logis, analitis sistematis, dan kreatif serta kemempuan bekerjasama. Selain itu dimaksutkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide-ide atau gagasan.
     Pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika secara komprehensif, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan secara akurat dan tepat dalam pemecahan masalah. Pembelajaran matematika yang dipelajari siswa didalamnya adalah penerapan matematika yang dekat dengan kehidupan siswa. Situasi pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan penomena dunia nyata, masalah yang autentik dan bermakna  yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya.
     Pembelajaran matematika tingkat Sekolah Menengah Atas telah memuat materi Program Linear, salah satunya dengan menggunakan metode grafik dalam memecahkan masalah yang terdapat pada materi tersebut. Materi ini biasanya diterangkan dengan beberapa tahapan yang meliputi penjelasan definisi, model-model penyelesaian soal, contoh soal serta latihan soal-soal terkait.
     Materi Program linear dengan masih sangat sulit bagi siswa, terlebih dalam memecahkan masalahnya. Kesulitan tersebut ditandai dengan kurangnya pemahaman mereka untuk menjalankan setiap tahap-tahapan yang digunakan dalam pemecahan masalah. Oleh karena itu siswa merasa kebingungan dan kesulitan setiap kali mereka dihadapkan dengan soal latihan yang diberikan oleh guru. Mengamati hal tersebut perlu diupayakan suatu bentuk pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dan membuat siswa terlibat langsung dalam pembeljaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan diatas dan dapat membantu siswa mencapai ketuntasan belajar adalah model pembelajaran Guided Discovery Learning.
Model pembelajaran Guided Discovery Learning menurut Eggen adalah suatu pendekatan mengajar dimana gru memberi siswacontoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut.[2] Menurut Siadari (dalam Nupita) keuntungan dari model pembelajaran Guided Discovery Learning, yaitu: (a) pengetahuan ini dapat bertahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru, (b) meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalah tanpa pertolongan orang laian, (c) meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja, (d) terampil dalam menemukan konsep atau memecahkan masalah.[3] Model pembelajran Guided Discovery Learning diharapkan dapat meningkatkan peran aktif siswa sehingga juga terdjadinya peningkatan pada pemahaman siswa dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran.
            Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian tentang “Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah melalui Model Pembelajaran Guided Discovery Learning pada Materi Program Linear”.
B.     Rumusan Masalah
            Dari latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah utama pada penelitian ini adalah “Bagaimana model pembelajaran Guided Discovery Learning dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah pada Materi Program Linear?
C.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui Bagaimana model pembelajaran Guided Discovery Learning dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah pada materi Program Linear”
D.    Manfaat Penelitian
            Manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dan memberikan pengalaman keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu telah diperoleh dari pendidikan.
2.      Bagi Guru
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memotivasi guru, untuk maksimal dalam memberikan bantuan belajar bagi peserta didik, terutama dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk menghadapi permasalahan yang terdapat di matematika, khususnya pada materi Program Linear.
3.      Bagi Peserta didik
Diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya, dengan cara memotivasi diri agar lebih giat dalam belajar dan memahami meteri Program Linear. Serta dapat menjadi motivasi bagi peserta didik untuk lebih percaya, agar terhindar dari perilaku yang kurang baik dalam proses pembelajaran.
E.     Definisi Operasional
            Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah pengertian dan penafsiran  pembaca, maka penulis perlu memberikan batasan pengertian beberapa istilah yang terdapat dalam judul ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Kemampuan
     kemampuan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang telah ada semenjak dia lahir, dan potensi tersebut dapat diasah sesuai dengan kemauan sipemiliknya. Adapun kemampuan yang penulis maksud ialah kemampuan siswa (peserta didik).
2.    Upaya Peningkatan
     Upaya peningkatan adalah usaha atau ikhtiar yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud dan tujuan untuk  mencapai yang diinginkan. Upaya peningkatan yang dibahas penulis ialah suatu usaha peningkatan yang dilakukan untuk mempermudah siswa dalam pemecahan masalah matematika.
3.    Pemecahan Masalah
     Pemecahan masalah merupakan suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya, dengan cara menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya. Pemecahan masalah yang dimaksud disisni ialah pemecahan masalah yang dilakukan siswa terhadap materi program linear dengan penerapan model pembelajaran Guided Discovery Learning.
4.    Model pembelajaran Guided Discovery Learning
     Model pembelajaran Guided Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada situasi yang bebas dalam mengapresikan dirinya untuk menyelidiki dan membuat kesimpulan, dengan bimbingan guru dalam pembelajaran.
5.    Program Linear
     Program linear merupakan suatu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan berbagai macam persoalan yang timbul dalam keadaan sehari-hari, dengan terlebih dahulu harus menjelaskan pokok permasalah ke dalam bahasa matematika.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Kemampuan
Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir. Kemampuan yang ada pada diri manusia juga bisa disebut dengan potensi. Potensi yang ada pada manusia dasarnya bisa diasah. Dalam hal ini banyak para ahli mengertikan kemampuan secara bervariasi akan tetapi pada dasarnya masih memiliki konteks yang sama, salah satunya ialah Muhammad Zain, ia berpendapat bahwa kemampuan merupakan potensi yang ada berupa kesanggupan, kecakapan kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri.
            Sedangkan Anggiat lebih mendefinisikan kemampuan lebih pada keefektifan orang tersebut dalam melakukan segala macam pekerjaan. Yang artinya kemampuan merupakan dasar dari seseorang tersebut melakukan sebuah pekerjaan secara efektif dan tentunya efesien. Hal tersebut didukung oleh pendapat Robbin yang mengartikan bahwa kemampuan merupakan sebuah kapastian yang dimiliki oleh tiap tiap individu untuk melaksanakan tugasnya. sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan merupakan suatu penilaian atau ukuran dari apa yang dilakukan oleh orang tersebut.
            Kemudian kemampuan tersebut terbagi menjadi beberapa kelompok antara lain:
1.         Kemampuan Intelektual, yaitu kemempuan yang dimiliki seseorang untuk melakukan aktifitas yang membutuhkan kemampuan berpikir.
2.         Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut tenaga atau stamina berupa keterampilan, kekuatan atau karakteristik serupa.[4]
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang telah ada semenjak dia lahir, dan potensi tersebut dapat diasah sesuai dengan kemauan sipemiliknya.
B.     Pengertian Upaya Peningkatan
Menurut Poerwadarminta upaya peningkatan terdiri dari dua kata, upaya dan peningkatan. Bila diartikan secara terpisah, kata upaya berarti usaha, syarat untuk menyampaikan sebuah maksud, akal atau ikhtiar[5]. Sedangkan kata peningkatan berasal dari kata tingkat yang ditambah awalan pe dan akhiran an yang berarti proses, cara perbuatan meningkat.[6]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar.[7] Sedangkan menurut Elha Santoso “tingkat” adalah tinggi rendahnya martabat, kedudukan, derajat, kemajuan pada suatu peristiwa. Kemudian dengan menambahkan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi peningkatan, maka artinya menjadi suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan derajat atau kemampuan pada suatu peristiwa.[8]
Kemudian menurut Budiarto upaya peningkatan adalah segala usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai tujuan tertentu.[9] Upaya atau usaha seseorang juga disesuaikan dalam firman Allah surat Ar-Ra’d ayat 11.









Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
            Dalam ayat di atas menunjukkan bahwa setiap individu muslim berusaha dalam segala hal. Tidak mungkin dapat dicapai oleh seseorang tanpa dibantu dengan usaha keras atau melalui perjuangan yang sungguh-sungguh untuk mencapainya.[10]
            Berdasarkan pendapat di atas upaya peningkatan adalah usaha atau ikhtiar yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud dan tujuan untuk  mencapai yang diinginkan.
C.    Pemecahkan masalah
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan soal yang bersifat tidak rutin.
Pada permulaan dekade 1980-an, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menerbitkan sebuah dokumen berjudul An Agenda for Action: Recommendations for school Mathematics of the 1980s. Dokumen ini dirancang sebagai acuan untuk perubahan pengajaran matematika dan dijadikan petunjuk bagi para penulis buku teks oleh berbagai kalangan di seluruh wilayah Amerika Serikat untuk merevisis kurikulum matematika. Rekomendasi pertamanya yang mendapat perhatian dan sambutan yang sangat kuas adalah: Pemecahan masalah harus menjadi fokus pada pelajaran matematika di sekolah. Sebagai hasil dari rekomendasi NCTM adalah dalam pemecahan masalah oleh para guru matematika.
Pemecahan masalah telah menjadi topik utama diskusi selama dekade 1980-an pada pertemuan profersional, dan sebagai tema utama dari buku matematika yang baru. Kemudian di tahun 1989 NCTM mengeluarkan sebuah dokumen berjudul Curriculum and Evaluation Standars for School Mathematics yang menjadi acuan untuk perubahan kurikulum selama dekade 1990-an. Dan sekali lagi NCTM menulis: Pemecahan masalah seharusnya menjadi fokus utama dari kurikulum matematika. Dari sekian banyak rekomendasi yang  dibuat, mereka menyarankan perhatian pertama harus diberikan pada:
1.  Keikutsertaan murid-murid secara aktif dalam mengkontruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam matematika
2.     Pemecahan masalah sebagai alat dan juga tujuan pengajaran
3.    Penggunaan bermacam-macam bentuk pengajaran (kelompok kecil, penyelidikan individu, pengajaran oleh teman sebaya, diskusi seluruh kelas, pekerjaan proyek).[11]
Dari penjelasan di atas maka para ahli berpendapat bahwa: Thobrani dan Mustofa menjelaskan pemecahan masalah adalah proses pemikiran dan mencari jalan keluar dari suatu masalah. Krulik dan Rudnick mengungkapkan, Pemecahan masalah merupakan suatu cara yang dilakukan seseorang dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan situasi yang tidak rutin. Sedangkan Polya menjelaskan bahwa pemecahan masalah adalah menemukan makna yang dicari sampai akhirnya dapat dipahami dengan jelas. Dengan kata lain, pemecahan masalah berarti mencari cara penyelesain masalah, mencari jalan terbaik dari kesulitan, menemukan cara di sekitar rintangan, kemudian mencapai tujuan yang diinginkan dengan alat sesuai. Jadi pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu aktifitas untuk mencari penyelesaian dari masalah matematika yang dihadapi dengan menggunakan semua pengetahuan awal matematika yang dimiliki.[12]
Ada beberapa model pemecahan masalah menurut beberapa ahli. Menurut Polya terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah yaitu:
1.      Memahami masalah
                 Tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, siswa tidak mungkin mampu   menyelesaikan masalah tersebut dengan benar. Pada langkah ini siswa perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan (a) hal-hal apa yang tidak diketahui dan hal-hal apa saja yang diketahui, (b) bagaimana kondisi data, (c) apakah data yang sudah ada cukup. Selain itu diharapkan siswa dapat membuat suatu diagram dan memberikan notasi yang sesuai dengan data-data yang diketahui dalam masalah tersebut.
2.      Merencanakan penyelesaian
       Pada langkah ini siswa harus dapat menentukan hubungan antara hal-hal yang diketahui dengan hal-hal yang tidak diketahui. Kemampuan merencanakan penyelesaian, baik secara tertulis atau tidak sangat tergantung pada pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah. Rencana penyelesaian masalah ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut; apakah siswa menemukan hubungan diantara data yang diketahui? Apakah siswa pernah menemukan masalah itu sebelumnya? Apakah siswa mengetahui teorema yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut? Apakah semua data dan semua kondisi sudah digunakan?
3.   Menyelesaikan masalah sesuai rencana
           Kegiatan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian. Di dalam prosese pembelajaran ini (program linear), siswa dapat membuat pemisalan masalah dalam bentuk model matematika sesuai dengan rencana yang telah disususn. Kemudian melakukan pemeriksaan setiap langkah, apakah masing-masing langkah sudah benar? Dapatkah siswa membuktikan bahwa setiap langkah itu benar?
4.   Melakukan pengecekan kembali
Pada langkah terakhir ini diusahakan siswa mengkaji hasil yang didapatkan, apakah siswa dapat memeriksa hasil dan argumennya? Apakah metode itu dapat digunakan untuk masalah yang lain? Apakah jawaban sudah sesuai dengan pertanyaan.[13]
Ruseffendi memberikan lima langkah dalam pemecahan masalah, yaitu: merumuskan masalah dengan jelas, menyatakan kembali persoalannya dalam bentuk yang dapat diselesaikan, menyususn hipotesis dan strategi pemecahannya, melaksanakan prosedur pemecahan dan melakukan evaluasi terhadap penyelesaian.[14]
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya, dengan cara menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya.
D.    Model Pembelajaran Guided Discovery Learning
1.    Pengertian Model Pembelajran Guided Discovery Learning
            Model pembelajran Guided Discovery Learning menurut Hasibuan adalah suatu pembelajaran yang menghadapkan siswa pada situasi yang bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan sedangkan guru mengarahkan siswa untuk membuat terkaan, intuisi dan mencoba-coba.[15]
            Model pembelajaran Guided Discovery Learning merupakan istilah yang tepat dengan kondisi siswa yang pada dasarnya bukan sebagai penemu, karena apa yang akan ditemukan itu sudah diketahui oleh guru atau orang lain, sedangkan bagi siswa itu merupakan ilmu baru. Tugas guru pada model pembelajaran ini adalah membimbing dan mengarahkan siswa dalam segala hal yang memerlukan penjelaskan dari guru. Jerome Bruner, seorang ahli Psikologi, mengemukan bahwa: “pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu perlunya siswa aktif, terlihat dari proses pembelajaran dari suatu keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnya terjadi melalui penemuan sendiri. Tujuan tidak hanya meningkatkan pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan keyakinan-keyakinan untuk penemuan siswa.[16]
           Ciri utama Guided Discovery Learning yaitu: guru merencanakan serangkaian pertanyaan atau pertanyaan yang memandu siswa, langkah demi langkah logis, membuat serangkaian penemuan yang mengarah ke tujuan yang telah ditentukan tunggal. Dengan kata lain guru memulai rangsangan dan siswa bereaksi dengan melakukan penyelididkan aktif sehingga menemukan jawaban yang tepat.[17]
2.      Langkah-Langkah Model Pembelajaran Guided Discovery Learning
Agar pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan model Guided Discovery Learning berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru adalah sebagai berikut:
a.  Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data bsecukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pertanyaan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.
b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun memproses, mengorganisir dan manganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS.
c.       Siswa menyusun konjektu (perkiraan) dari hasil analaisis yang dilakukan.
d.   Bila dipandang perlu, konjuktur telah dibuat siswa diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan kebenaran perkiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.
e.       Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka varbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.
f.       Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.[18]
3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Guided Discovery Learning
Sebagaimana telah diketahui bahwa semua model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan, demikian hanya dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning. Kelebihan model pembelajaran Guided Discovery Learning menurut Erman Suherman yaitu:
a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar kepada siswa dapat berpikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil akhir.
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran karena siswa mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat.
c.  Menemukan sendiri menimbulakan rasa puas. Kepuasan batin mendororng siswa ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat.
d.      Model ini dapat melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.
e.       Dapat menanamkan rasa ingin tahu
f.       Menimbulkan kerjasama dan interaksi antar siswa.[19]
            Beberapa kekurangan model pembelajaran Guided Discovery Learning antara lain:
a.       Model pembelajaran Guided Discovery Learning banyak menyita waktu
b.    Tidak setiap guru mempunyai kemampuan mengajar menggunakan model pembelajaran Guided Discovery Learning.
c.     Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan apabila pembimbing guru tidak sesuai dengan kesiapan pengetahuan siswa.
d.     Model pembelajaran Guided Discovery Learning dalam pelajaran matematika hanyacocok untuk pokok bahasan tertentu.
e.       Kelas dengan banyak siswa akan merepotkan guru dalam melakukan bimbingan.[20]
            Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Guided Discovery Learning merupakan suatu pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada situasi yang bebas dalam mengapresikan dirinya untuk menyelidiki dan membuat kesimpulan, dengan bimbingan guru dalam pembelajaran.
E.     Materi Program Linear
Menurut Siti Program linear membicarakan tentang optimasi suatu fungsi, mengefisienkan suatu produk dengan prinsip ekonomi yang fundemental yaitu mencari keuntungan maksimal dengan bahan sedikit mungkin atau mencari biaya produksi yang paling rendah. Program linear selalu bertujuan (fungsi objektif) mencari keuntungan ataupun biaya yang serendah- rendahnya.[21]
Bintang menyatakan program linear adalah salah satu model matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi, yaitu memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan yang bergantung pada sejumlah variabel input. Hal terpenting yang harus dilakukan adalah mencari tahu penyelesaian masalah dan apa penyebab masalah tersebut.[22]
Menurut Supadi dan Indra Program Linear merupakan salah satu bagian dari matematika terapan yang dapat digunakan dalam memecahkan berbagai macam persoalan yang timbul dalam keadaan sehari-hari. Program linear dapat digunakan untuk menyelasaikan masalah-masalah tersebut dengan terlebih dahulu harus menterjemahkan masalah nyata ke dalam bahasa matematika. Proses menterjemahkan masalah nyata ke dalam bahasa matematika dinamakan pemodelan matematika.[23]
1.   Model matematika adalah suatu cara sederhana untuk menerjemahkan suatu masalah kedalam bahasa matematika dengan menggunakan persamaan, pertidaksamaan atau fungsi. Umumnya model matematika dari setiap permasalahan program linear terdiri atas dua komponen yaitu:
a.     Fungsi tujuan (z = f(x,y) = ax + by) yaitu yang mengarahkan analisa untuk mendeteksi tujuan perumusn masalah
b.       Fungsi kendala (berupa pertidaksamaan linear) yang bertujuan untuk mengetahui sumber daya yang tersedia dan permintaan atas sumber daya tersebut.
c.         Misalnya:
Banyak ban motor yang diproduksi = x,
Banyaknya ban sepeda yang diproduksi = y
x dan y adalah bilangan asli.
Diperoleh model matematika berikut:
Mesin I                 : 2x + 5y ≤ 800                        ...         (i)
Mesin II               : 8x + 4y ≤ 800                        ...         (ii)
Mesin III              : 10x ≤ 800                              ...         (iii)
x,y bilangan asli   : x ≥ 0, y ≥ 0                            ...         (iv)
2.     Nilai Optimum suatu fungsi objektif mempunyai bentuk umum dari fungsi tersebut adalah f(x,y) = ax + by. Suatu fungsi yang akan dioptimumkan (maksimum atau minimum). Langkah-langkah yang harus diselesaikan dalam program linear adalah
a.         Buat model matematika dari masalah matematika yang diberikan
b.         Gambarlah grafik-grafik dari setiap pertidaksamaan linear dua variabel yang diberikan
c.   Daerah himpunan penyelesaian dari sistem pertidaksamaan linear dua variabel yang terdapat pada masalah (irisan dari setiap pertidaksamaan linear dua variabel yang diketahui)
d.        Tentukan titik-titik sudut pada daerah himpunan penyelesaian
e.       Substitusikan titik-titik sudut ke dalam fungsi tujuan. Ambil nilai yang paling besar untuk menyelesaikan maksimum dan ambil yang paling kecil untuk penyelesaian minimum.
Berikut akan disajikan contoh soal beserta penyelesaiannya:
            Perusahaan Mabel tekun belajar memproduksi dua jenis alat rumah tangga yaitu rak buku dan meja. Setiap hasil produksi harus melalui dua tahap pengerjaan yaitu pemotongan dan perampungan. Untuk pemotongan tiap rak buku memerlukan waktu 4 jam dan meja juga sama. Untuk proses perampungan tiap rak memerlukan waktu 3 jam dan meja 2 jam. Rak buku perbuah memberi laba Rp 6.000,00 dan meja per buah Rp 4.000,00. Waktu yang tersedia untuk pemotongan setiap periode waktu 100 jam dan buah untuk perampungan tersedia 60 jam. Berapa banyak meja dan rak buku yang harus diproduksi agar mendapat keuntungan maksimal?
Penyelesaian:
a.       Memahami Masalah
            Peserta didik mampu menuliskan yang diketahui dari masalah tersebut dalam bentuk tabel batasan.

Rak buku
Meja
Batasan
Waktu Pemotongan (jam)
4
4
100
Waktu Perampungan (jam)
3
2
60
Keuntungan
Rp 6.000,00
Rp 4.000,00
Maksimum

              Peserta didik mampu menuliskan apa yang ditanyakan oleh soal, yaitu berapa banyak rak buku dan meja yang harus diproduksi agar perusahaan tersebut memperoleh keuntungan yang maksimum.
b.      Menyususn Rencana
Peserta didik mampu menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal. Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menyelesaikan soal tersebut adalah sebagai berikut.
1.         Memisalkan sesuatu yang ditanyakan ke dalam variabel baru
2.         Membuat model matematika
3.         Menentukan titik potong terhadap sumbu x dan sumbu y
4.         Menggambar daerah penyelesaian
5.         Menguji tiap titik pojok daerah penyelesaian pada fungsi obyektif dan kemudian pilih titik pojok yang apabila disubstitusikan ke fungsi obyektif bernilai maksimum.
c.       Melaksanakan Rencana
1.    Memisalkan sesuatu yang ditanyakan ke dalam variabel baru.
Misal:
x = banyaknya rak buku
y = banyaknya meja
2.    Membuat model matematika
Fungsi obyektif:
z = 6000 x + 4000 y ( karena keuntungan dari penjualan rak buku dan meja berturut-turut adalah Rp 6.000,00 dan Rp. 4.000,00).
Kendala:
4x + 4y ≤ 100 (waktu pemotongan rak buku dan meja masing-masing adalah 4 jam sedangkan waktu yang tersedia untuk pemotongan hanya 100 jam). Apabila persamaan tersebut disederhanakan maka diperoleh x + y ≤ 25
3x + 2y ≤ 60 (waktu perampungan rak buku dan meja berturut-turut adalah 3 jam dan 2 jam sedangkan waktu yang tersedia untuk perampungan hanya 60 jam).
x ≥ 0 dan y ≥ 0 (banyaknya rak buku dan meja yang diproduksi tidak mungkin  bernilai negatif, tetapi mungkin bernilai nol yang artinya tidak ada satupun rak buku atau meja diproduksi).
Jadi model matematikanya adalah:
x + y ≤ 25
3x + 2y ≤ 60
x ≥ 0
y ≥ 0
3.      Menentukan titik potong terhadap sumbu x dan sumbu y
x + y ≤ 25                                                 y = 0 à x + (0) =25
x = 0 à (0) + y = 25                                à x = 25
            à y = 25
Jadi titik yang melalui garis dengan persamaan  x + y = 25 adalah (0,25) dan (25,0)
3x + 2y ≤ 60                                             y = 0 à x + (0) =25
x = 0 à (0) +2 y = 60                              à x = 20
            à y = 30
Jadi titik yang melalui garis dengan persamaan  3x + 2y ≤ 60 adalah (0,30) dan (20,0)
4.    Menggambarkan daerah penyelesainya

5.      Menguji tiap titik pojok daerah penyelesaian pada fungsi obyektif dan kemudian pilih titik pojok yang apabila disubstitusikan ke fungsi obyektif bernilai maksimum.
Tabel: uji titik pojok
Titik pojok
6000 x + 4000 y
Keterangan
(0,0)
0

(0,25)
100.000

(20,0)
120.000
maksimum
(10,15)
120.000
maksimum

                 Jadi keuntungan terbesar yang diperoleh pedagang sebesar Rp 12.000,00 yaitu dengan menjual 20 rak buku, atau 10 rak buku dan 15 meja, atau 12 rak buku dan  12 meja, atau 14 rak buku dan 9 meja, karena semua titik-titik pada ruas garis BC merupakan penyelesaian optimumnya.[24]
                   Berdasarkan beberapa penjelasan pengertian program linear di atas maka dapat disimpulkan bahwa program linear merupakan suatu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan berbagai macam persoalan yang timbul dalam keadaan sehari-hari, dengan terlebih dahulu harus menjelaskan pokok permasalah ke dalam bahasa matematika.
F.     Hubungan Kemampuan siswa dengan Materi Program Linear
          Kemampuan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang telah ada semenjak dia lahir, dan potensi tersebut dapat diasah sesuai dengan kemauan sipemiliknya. Sedangkan program linear merupakan suatu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan berbagai macam persoalan yang timbul dalam keadaan sehari-hari, dengan terlebih dahulu harus menjelaskan pokok permasalah ke dalam bahasa matematika.
          Jadi dari pengertian masing- masing diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan yang terjadi antara kemampuan siswa dengan materi program linear yaitu apabila seorang siswa mempunyai kemampuan atau potensi dalam dirinya maka dengan sangat mudah siswa tersebut dapat menyelesaikan setiap persoalan yang terdapat pada materi program linaer, karena dalam materi ini banyak langkah yang harus dilakuakn sebelum mencapai penyelesaian yang menjadi tujuan akhirnya. Oleh karenanya diperlukan potensi khusus dalam setiap pemecahan masalahnya.
 
BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Rancangan Penelitian
  Pendekatan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitaif. Menurut Arikunto “pendekatan kuantitafnya dapat dilihat pada penggunaan angka-angka di saat pengumpulan data, penafsiran terhadap data dan penampilan dari hasilnya.[25] Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis desain “Pre Experimental Design disebut juga dengan Quasi Ekspriment yaitu Eksperimen semu.” [26]
Dalam rancangan penelitian ini maka jenis design yang dimasukkan ke dalam kategori Pre Experimental Design yang penulis gunakan yaitu one-group pre-tes post-tes design yaitu satu kelompok eksperimen yang diukur variabel dependennya (pre-test), kemudian diberikan kegiatan pembelajaran materi program linear dengan menerapkan model pembelajaran Guided Discovery Learning dan diukur kembali variabel dependennya (post-tes), tanpa ada kelompok atau kelas pembanding.[27]
B.     Populasi dan Sampel
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi. Menurut Sudjana populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap  dan jelas yang dipelajari sifat-sifatnya, adapun sampel yaitu sebagian yang diambil dari populasi.[28] Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas XI SMA tahun ajaran 2016/2017.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel dengan menggunakan sampling purposif, menurut Sudjana sampling purposif dikenal juga dengan sampling pertimbangan, terjadi apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan perorangan atau perimbangan peneliti.[29] Pada penelitian ini  sampel diambil satu kelas yang memiliki sifat heterogen dan kemampuan merata.
C.    Intrumen Penelitian
            Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
1.      Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber belajar yang digunakan untuk membantu dalam proses belajar mengajar. Perangkat belajar yang digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), buku paket, dan soal tes.
2.      Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti yang lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.[30]  Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.       Soal test
           Soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa soal uraian yang disusun berdasarkan indikator-indikator dari kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada materi program linear. Soal yang dibuat juga memperhatikan aspek-aspek dari model pembelajaran kalaborasi. Adapun indikator-indikator kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada materi program linear adalah sebagai berikut:
1).    Siswa mampu mengindentifikasi masalah, yaitu mengetahui maksud dari soal atau masalah tersebut dan dapat menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari masalah.
2). Siswa mampu memilih strategi penyelesaian masalah yang akan digunakan dalam memecahkan masalah tersebut, misalnya apakah siswa dapat membuat pemodelan matematika, menggambarkan grafik, menentukan nilai maksimum dan minimum yang digunakan untuk memecahkan masalah
3).    Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan benar, lengkap, sistematis dan teliti.
4).    Siswa mampu menafsirkan solusinya, yaitu menjawab apa yang ditanya dan menarik kesimpulan.
    Untuk memberikan skor terhadap kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dengan metode grafik pada materi program linear, penulis menggunakan pedoman penskoran.
Pedoman penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat di tabel sebagai berikut:
Tabel penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah
Aspek yang dinilai
Skor
Keterangan
Kemampuan mengidentifikasi masalah. (siswa menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dari soal program linear)
0
Jika tidak menuliskan apa yang diketahui, dan ditanyakan dari soal.
0,5
Jika sala manuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal
1
Jika menuliskan apa diketahui dan ditanyakan dari soal tetapi salah satunya salah
2
Jika benar menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal.
kemampuan merencanakan penyelesaian masalah. (siswa membuat model matematika, menggambarkan grafik, menentukan nilai maksimum dan minimum)

0
Jika tidak menuliskan model matematika, menggambar grafik, menentukan nilai maksimum dan minimum.
0,5
Jika salah menuliskan model matematika, menggambar grafik, menentukan nilai maksimum dan minimum.
1
Jika kurang tepat menuliskan model matematika, menggambar grafik, menentukan nilai maksimum dan minimum.
2
Jika hanya sebagian yang benar dalam menuliskan model matematika, menggambar grafik, menentukan nilai maksimum dan minimum..
3
jika benar menuliskan model matematika, menggambar grafik, menentukan nilai maksimum dan minimum.
Kemampuan menyelesaikan masalah sesuai rencana. (siswa dapat menyelesaikan masalah dari soal program linear dengan benar, sistematis, lengkap dan teliti
0
Jika tidak menuliskan penyelesaian masalah dari soal.
0,5
Jika salah menuliskan penyelesaian masalah dari soal
1
Jika sistematis menuliskan penyelesaian masalah dari soal yang mengarah ke solusi yang benar
2
Jika hasil salah sebagian dalam menuliskan penyelesaian masalah, tetapi lengkap/sistematis.
3
Jika benar, lengkap dan sistematis dalam menuliskan penyelesaian masalah dari soal
Kemampuan menafsirkan solusi
0
Jika tidak menjawab apa yang ditanyakan atau tidak menuliskan kesimpulan.
0,5
Jika salah menjawab apa yang ditanyakan atau salah menuliskan kesimpulan
1
Jika kurang tepat menjawab apa yang ditanyakan atau kurang tepat menuliskan kesimpulan.
2
Jika benar dan tepat menjawab apa yang ditanyakan atau menuliskan kesimpulan
            Soal tes diberikan sesudah pembelajaran pada pertemuan terakhir (tes tahap 1 dan 2 yang masing-masing berbentuk uraian yang terdiri dari beberapa soal dengan skor nilai yang berbeda. Hasil tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah pada materi program linear.
b.      Lembar Observasi
Observasi yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung terhadap objek yang akan diteliti. Lembar observasi yang digunakan sebagai alat untuk mengukur aktifitas siswa ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran pada setiap pertemuan. Data observasi diisi dengan menuliskan kode atau nomor kegiatan aktivitas siswa dengan petunjuk yang tertera pada lembar tersebut
D.    Teknik Pengumpulan Data
            Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      Observasi (Pengamatan)
            Observasi merupakan pengamatan keadaan objek yang akan diteliti. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data-data dalam sebuah penelitian.  Data proses aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diperoleh melalui pengamatan oleh observer dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas siswa. Lembar ini diisi oleh pengamat dengan cara memberi skor berdasarkan descriptor yang muncul pada aktivitas siswa.
2.      Tes kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
            Tes adalah serentetan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok[31]. Tes dalam penelitian digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dan dibutuhkan untuk lembar observasi, sehingga dapat terlihat peningknatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Tes ini dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pre tes (tes sebelum dilakukan pembelajaran (eksperimen)) dan post tes (tes setelah dilakukan pembelajaran (eksperimen))
E.     Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil tes, dianalisis dengan menggunakan analisis inferensial. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, setelah diterapkan model pembelajaran Guided Discovery Learning, Data yang didapat dari hasil tes siswa dianalisis dengan menggunakan statistik uji-t, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:




[1]Maulida, Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Tabung di Kelas IX SMP Babul Maghfirah. Skripsi, (Banda Aceh:UIN Ar-Raniry, 2014), h.1. Dikutip dari Herman Hudojo, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika (Edisi Revisi), (Bandung:JCA,2013), h.68.
                [2]Paul Eggen, Strategi dan Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Indeks, 2012), h. 67.
            [3]Ana Safrida, Penerapan Model Pembeljaran Guided Discovery Learning pada Materi Turunan di Kelas XI IPA MAS Al- Manar Aceh Besar, Proposal Skripsi, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2015), h.5
[5]Abdul Kadir, Upaya Peningkatan Pembelajaran Materi Prisma Melalui Program Macromedia Flash Pada Siswa Kelas VIII MTsN Model Banda Aceh, Skripsi, (Banda Aceh: IAIN Ar-raniry, 2011) h.7. Dikutip dari Herman Hudojo, Wjs. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi 3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1345

[6]Abdul Kadir, Upaya Peningkatan Pembelajaran Materi Prisma Melalui Program Macromedia Flash Pada Siswa Kelas VIII MTsN Model Banda Aceh, Skripsi, Dikutip dari Herman Hudojo, Wjs. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi 3.....h.1281
[7]Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.360

[8]Elha Santoso, Kamus Praktis Modern, (Bandung: Pustaka Dua, 1998), h.442
[9] Budiarto, Wawasan Pendidikan Matematika, (Jakarta:Depdiknas,2005), h.16
[10]Mauliana, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi KPK Melalui Pendekatan RME di Kelas V MIN Mesjid Raya Banda Aceh, Skripsi, (Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry, 2012), h. 8
[11] Max A dkk, alih bahasa: Suyono, Mengajar Matematika: Sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas dan Strategi, (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 60.

[12] Fatimah Zuhra, Profil Pemecahan Masalah Limas Siswa SMP Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika, (Banda Aceh:UIN Ar-Raniry, 2015), h.12
                [13] Susanti, Meningakatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan self Efficacy siswa MTsN Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Tesis, (Banda Aceh: Program Pasca Sarjana Unsyiah, 2013), h. 27

[14]Nurul Fitri, Profil Kemampuan Spasial Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Geometri Ditinjau dari Gaya Belajar, Proposal Skripsi, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry ,2015), h.16

                [15]Ana Safrida, Penerapan Model Pembeljaran Guided Discovery Learning pada Materi Turunan di Kelas XI IPA MAS Al- Manar Aceh Besar, ... ,h.19

                [16]Sriyono, dkk, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, (Jakarta: Rineka Cipta, 1972), h. 96
                [17]Charles E. Wales (Online) (http:// edutechwiki. Unige. Ch/ en/ Guided_ discovery _ Learning diakses 27 Januari 2015)
                [18] Markaban, Model Penemuan Terbimbing pada Pembelajaran Matematika SMK, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 17

                [19] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Edisis Revisi, (Bandung; JICA UPI, 2003), h. 214.

                [20] Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Edisis Revisi, .., h. 214

[21] Siti Nurma Nugraha dan Sulaiman, Rumus sakti Matematika SMA/ MA Kelas 10,11,12, (Jakarta: Dunia Cerdas, 2013), h. 156.

[22] Bintang Zaura, Program Linear, (Banda Aceh: Unsyiah, 2011), h.5
[23]Supadi dan Indra Saifuddin, 100% Siap Ujian Matematika SMA, (Yogyakarta:Indonesia Tera, 2011), h.165
                [24] Maifira Rizka, Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning pada Materi Program Linear di Kelas XI IPA SMA Inshafuddin Banda Aceh, Proposal Skripsi, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry, 2015), h. 19-23.
                [25]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 27.

                [26] Suharsimi Arikunto, Menajemen Penelitian, (jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 209.
                [27] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,...h. 123
                [28] Sudjana, Metoda Statistik, edisi VI, (Bandung: Tarsito, 2009), h. 6.
                [29] Sudjana, Metoda Statistik...,h. 168

[30]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,…, hal. 160.
                [31]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,.., h. 193.

[32] Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2002), hal 47-48.
[33] Sudjana, Metode Statistika..., hal 95
[34] Sudjana, Metode Statistika..., hal 273

Tidak ada komentar:

Posting Komentar